Dalam perkembangannya, nyamuk sebagai vektor penyakit dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi geografis,cuaca, kelembaban, suhu, waktu, tempat untuk istirahat, tempat untuk mencari makanan, tempat untuk berkembang biak dan atau kondisi lingkungan yang kondusif untuk berkembangnya nyamuk yang termasuk juga sosial budaya masyarakat setempat.
Jarak terbang adalah merupakan faktor sangat berpengaruh dalam upaya nyamuk vector mencari tempat untuk istirahat, tempat untuk mencari makanan, tempat untuk berkembang biak oleh karenanya hal tersebut yang harus diperhatikan apabila pemberantasan penyakit akibat nyamuk dilaksanakan
Baru-baru ini dipuskesmas sui ambawang mendapatkan laporan dari tokoh masyarakat tentang berkembang biaknya nyamuk yang luar biasa di suatu daerah yaitu daerah desa teluk bakung setelah beberapa hari kemudian , kami dan salah satu dari tim dari dinas kesehatan Kubu Raya melakukan survey terhadap laporan tersebut.
Setelah Tim dari puskesmas sui Ambawang yaitu Daniel Irwan.Amd.Kep,Elias.Amd.KL dan Mokhsin.AMd.GZ yang di damping oleh Tim Dinas Kesehatan yaitu Suparman.SKM melakukan survey selama 1 hari ternyata dari hasil pemantauan mereka bahwa hal tersebut di karenakan oleh adanya perombakan lahan yang akan digunakan untuk perkebunan sawit yang tidak jauh dari desa mereka sehingga nyamuk ter sebut melakukan perpindahan besar-besaran kearah pemukiman di desa teluk bakung yang lebih dekat dari tempat nyamuk tersebut. Ada beberapa warga yang terkena gigitan nyamuk tidak sewajarnya yang mana di sekujur tubuhnya terdapat bekas gigitan nyamuk.(seperti dalam gamar diatas)
Hal ini masih belum di ketahui apakah nyamuk termasuk tersebut merupakan nyamuk malaria karena hal ini masih dalam proses penaganan.
Pihak puskesmas sui ambawang masih menunggu tindak lanjutnya dari Dinas kesehatan Kubu Raya untuk penanganan lebih lanjut karena keterbatasan sarana alat penyemprotan (Fogging) yang belum memadai.
Namun tidak menuntut kemungkinan pihak kami di puskesmas melakukan evaluasi terhadap korban yang terkena gigitan nyamuk untuk dilakukan pemeriksaan slide darah untuk mengetahui adanya nyamuk malaria atau nyamuk lain.
Kasus klinis malaria yang terjadi di Indonesia sebanyak 15 juta kasus tiap tahunnya. Kejadian tersebut disebabkan adanya permasalahan-permasalahan teknis seperti pembangunan (usaha masyarakat) yang tidak berwawasan kesehatan lingkungan, mobilitas penduduk dari dan ke daerah endemis malaria, adanya resistensi nyamuk vektor terhadap insektisida yang digunakan dan juga resistensi obat malaria yang makin meluas, perhatian masyarakat termasuk masyarakat kesehatan terhadap malaria berkurang juga termasuk sumber daya yang menurun d an lain-lain (Depkes RI,2000). Penyakit malaria hampir mengenai seluruh daerah di Indonesia, ini terbukti dari banyaknya daerah endemis malaria baik di Jawa-Bali maupun di luar Jawa-Bali (Depkes RI, 1999).